Tuesday, May 30, 2023

Arsiparis Baru dan Tuntutan Perubahan?



KATAFAJAR- Sesuai dengan amanat Undang-Undang  Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan, keberadaan unit kearsipan selaku pencipta arsip yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan kearsipan. Unit Kearsipan ini sebagaimana tertuang dalam pasal 17 ayat 1 memiliki fungsi pengelolaan arsip inaktif dari unit pengolah di lingkungannya, pengolahan arsip dan penyajian arsip menjadi informasi, pemusnahan arsip di lingkungan lembaganya, penyerahan arsip statis oleh pimpinan pencipta arsip kepada lembaga kearsipan, serta pembinaan dan pengevaluasian dalam rangka penyelenggaraan kearsipan di lingkungannya.

Setiap Unit Kearsipan tentu memiliki program prioritas sebagai pondasi pelaksanaan segala rencana Kementerian dan salah satunya merupakan sistem pengelolaan kearsipan yang efektif dan efisien, sehingga pelayanan keumatan dapat terlaksana dengan tertakar dan terukur. Untuk mewujudkan hal tersebut tentulah dibutuhkan Norma Standar Prosedur dan Kriteria Kearsipan (NSPK). Sejauh ini di unit kerja penulis baru memiliki 3 pilar kearsipan utama yang diatur dalam peraturan perundangan di antaranya adalah: pertama, Kode Klasifikasi Kearsipan; kedua, Jadwal Retensi Arsip Fasilitatif dan Substantif; dan ketiga, Pedoman Tata Naskah Dinas. Dari sini dapat kita ketahui bahwa penyusunan satu pilar kearsipan lagi sedang dilakukan yakni Sistem Keamanan dan Akses Arsip Dinamis (SKKAD).


Inovasi Tuntutan Zaman

Kemajuan teknologi dan informasi tentu menjadi tekanan pada instansi pemerintahan untuk terus berinovasi kemajuan. Kebiasaan dan budaya masyarakat yang kini serba instan tentu menuntut juga pelayanan yang mudah tanpa kendala hingga harga yang murah. Namun sering kali inovasi tidak menjadi solusi namun justru masalah baru karena tidak komprehensif menyelesaikan permasalahan dari hulu ke hilir, sebagai contoh penciptaan aplikasi yang justru menjadi sampah pada unit kerja karena hanya memiliki fungsi dan power pada lingkup kecil. Selain itu, dinamisasi organisasi dan tata kerja juga menjadi tantangan tersendiri, perjanjian kinerja yang ada sering kali tidak membahas segmen khusus yang menyentuh bidang kearsipan namun lebih banyak pada bidang yang berfokus pada serapan anggaran lembaga.

Sebagai arsiparis tentu tantangan yang ada menjadi sebuah lecutan, peningkatan kompetensi menjadi sebuah keharusan, dan multi tasking adalah tuntutan keadaan, sebagai contoh adalah arsiparis yang justru sangat sulit menyentuh pekerjaan jabatannya karena mendapat tugas dan fungsi yang justru menyita hampir seluruh waktu pekerjaannya. Jabatan, tugas, dan fungsi yang melekat padanya harus tergeser oleh tugas tambahan yang mengakuisisi fungsi utama. Dilema ini menjadi sebuah fatamorgana yang fana, yakni bagaimana personal mampu mempertimbangkan antara sikap perfeksionis dalam menjalankan tugas dan fungsi kearsipan atau loyal pada tugas dan perintah pimpinan.

Dari berbagai tantangan dan kendala yang dirasakan, unit kerja penulis banyak upaya yang telah dilakukan pada umumnya. Satu pilar kearsipan yang belum dimiliki yaitu Sistem Keamanan dan Akses Arsip Dinamis (SKKAD), telah mulai dirumuskan dengan melibatkan seluruh stakeholder terkait khususnya pada unit kearsipan yang membidanginya. Namun kini juga ada tuntutan baru terhadap perubahan Norma Standar Prosedur dan Kriteria Kearsipan (NSPK) yang ada berupa pembaharuan dan update terhadap NSPK yang dinilai sudah usang dan tidak mengakomodir zaman kekinian. Pekerjaan rumah inipun kian bertambah dengan tuntutan tersebut, karena perubahan organisasi dan tata kerja yang dinamis, juga menuntut pembaharuan pengelolaan kearsipan.

Berbagai inovasi juga telah menuju titik terang dalam pengentasannya, berhasilnya peleburan dan rekonstruksi fungsi berbagai fitur layanan online dalam satu aplikasi yang mendekatkan dan mempermudah pelayanan kepada masyarakat. Hal ini tentu mendukung program pemerintah berupa Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau biasa disebut SPBE. Dalam bidang kearsipan sendiri, yang dulunya masih menggunakan aplikasi ciptaan internal kini juga telah beranjak dan ikut menginduk pada Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) berupa penggunaan Aplikasi Srikandi dalam pengelolaan arsip di seluruh kementerian dan lembaga pemerintah yang saling terintegrasi sesuai amanat undang-undang.


Pelaksanaan Yang Minimalis

Dalam implementasi NSPK tentulah telah dilakukan berbagai upaya dengan sosialisasi ke seluruh unit pengolah yang ada, terkait mengenai pentingnya arsip, pelaksanaan workshop dan lokakarya dalam pengelolaan arsip kepada pegawai yang bertanggung jawab dalam pengelola arsip di unit pengolah. Dilakukan juga pendampingan dan monitoring internal untuk menjaga agar arsip yang tercipta telah sesuai peraturan dan terkelola dengan baik dan sistematis. Mulai dari penciptaan arsip yang menyesuaikan dengan tata naskah dinas, kode klasifikasi arsip, hingga alur pengelolaannya sampai arsip tersebut dapat masuk dalam kategori musnah dan proses pemusnahannya. Implementasi ini pastilah harus melibatkan kerja sama dan kontribusi berbagai pihak di unit kearsipan, untuk mendapatkan sinergi dan nafas yang seirama guna peningkatan kualitas pengelolaan arsip di unit kerja.

Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak tentulah apakah seluruhnya sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Jawabannya adalah belum. Karena berbagai usaha implementasi yang dilaksanakan sering terhambat oleh berbagai macam rintangan. Di antaranya adalah:

Pertama, kompetensi sumber daya yang ada tidak sama, baik manusia serta sarana dan prasarananya. Dalam hal ini tidak dapat dipungkiri, dengan luasnya cakupan bidang yang ada pada unit kerja serta sumber daya manusia arsiparis yang memang berlatar belakang berbeda, ada yang pengangkatan pertama, inpassing, hingga penyetaraan tentu juga membawa dampak pelaksanaan pengelolaan kearsipan yang unik karena belum semua menyentuh pendidikan kearsipan. Apalagi jika berbicara terkait sarana dan prasarana, kita tentu lebih sering dituntut kreatif untuk mengelola hak yang begitu penting dengan semua yang ada dalam keadaan terbatas.

Kedua, pemahaman dan perhatian pimpinan yang juga beraneka ragam terhadap kearsipan. Hal ini sering dikarenakan pandangan pragmatis akan arsip, padahal arsip memiliki makna luas dalam menjaga kelangsungan roda organisasi. Bahkan sering harapan yang tinggi tidak sebanding dengan sentuhan dan perhatian yang ada sangat minim.

Ketiga, tugas dan fungsi tambahan justru membelenggu tugas utama sebagai arsiparis. Ini yang penulis rasakan atau mungkin banyak arsiparis lain rasakan. Butuh usaha, tenaga, atau effort lebih untuk mengerjakan secuil pekerjaan arsiparis, karena waktu yang ada telah tersita mengerjakan pekerjaan tambahan yang lebih padat kuantitasnya.



Harapan Perubahan

Ibarat masakan, dilema demi dilema yang dilalui ini sebenarnya merupakan bumbu yang dirasa dan dijalani agar menghasilkan makanan yang enak dan bergizi, begitu juga tersirat berbagai harapan dalam benak arsiparis untuk direngkuh di masa yang akan datang. Bukan hanya sekedar terkelolanya arsip di unit kerja secara optimal, efektif dan efisien. Namun juga bagaimana menjadikan arsip sebagai pusat segala informasi untuk menjalani roda organisasi pemerintahan serta berkembangnya ilmu kearsipan dalam dunia pendidikan sehingga dapat dikenal dan dipahami secara luas dan komprehensif.

Thursday, March 9, 2023

Masalahku Adalah Hati



KATAFAJAR- Perjalanan panjang manusia itu Tuhan ciptakan berimbang antara takdir dan ikhtiar. Selalu jadi perdebatan di kalangan agamawan, akademisi, selebriti, politisi, pejabat, hingga orang awam sekalipun. Karena argumentasi manusia akan cenderung didasarkan pada sejauh mana ia menelusuri perjalanannya sendiri di sisi bacaan, ilmu, pengalaman, hingga wisata spritual jiwa dan raganya. 

Saat seseorang menganggap satu hal benar belum tentu benar di benak lainnya dan begitu juga sebaliknya, karenanya penentu kekuasaan damai sebenarnya adalah hati yang pasrah menerima berbagai hal yang datang dan pergi, terima dan beri, temu dan hilang, hingga ia rasa nyata ataupun angan-angan. Dan begitu juga berbagai problematika yang datang merupakan hasil jelajah perjalanan manusia sampai dinanti pada akhirnya bagaimana hati menilai untuk memberikan kesempurnaan atau menilai untuk menambah kekurangan.

Senang dan sedih itu lumrah, yang tak lumrah itu saat senang dan sedih digunakan untuk keputusan menyangkut hati.

 

Monday, October 5, 2020

Pesan Taqwa Ali Bin Abi Thalib


KATAFAJAR-
Sering kita mendengar iman manusia bertambah dan berkurang, banyak faktor yang mampu mempengaruhi hal tersebut, mulai dari kesalahan dan kekhilafan umum seorang hamba hingga tingkat ketaqwaan manusia yang berbeda. Maka seorang hamba hendaknya senantiasa meningkatkan ketaqwaan dan mendalami beberapa sifat manusia bertaqwa yang telah dijelaskan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW, yakni Ali bin Abi Thalib
 karramallahu wajhah tentang empat sifat manusia yang bertakwa kepada Allah.

Ciri pertama, adalah Al-Khaufu minal-Jalil, yakni manusia yang merasa takut kepada Allah yang mempunyai sifat Maha Agung. Jika kita renungkan berapa banyak dari kita yang benar-benar takut kepada Allah? hingga kita sadar betul bahwa Allah selalu mengawasi gerak-gerik kita dan ada dua malaikat yang senantiasa mencatat amal baik dan buruk kita.

Ciri kedua, adalah Al-‘Amalu bi At-Tanzil, yakni manusia yang beramal dengan apa yang diwahyukan oleh Allah. 

Ciri ketiga, adalah Ar-Ridha bil-Qalil, merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah swt, Sebagaimana perintah Allah untuk selalu bersyukur hingga ditambah nikmat oleh-Nya, karena sesungguhnya rezeki hidup kita cukup memenuhi kebutuhan hidup kita tapi tidak akan dapat cukup memenuhi gaya hidup kita.

Ciri keempat, adalah Al-Isti`dadu li Yaumir-Rahil, yaitu sentiasa mempersiapkan bekal untuk menghadapi kematian dan kembali menghadap Allah.

Maka jika empat ciri orang bertakwa itu ada pada seseorang, maka seseorang telah mampu mencapai derajat tertinggi yang tidak mementingkan duniawi dan predikat muqarrabin yakni hamba yang dekat dengan Allah.

Tuesday, September 22, 2020

Tuhan Tidak Butuh Manusia


KATAFAJAR-
Setiap manusia harus membangun hubungan baik dalam kehidupannya sebagai pondasi keharmonisan hidup. Tentu kita mengenal dengan istilah Habblum min-Allah (Hubungan dengan Allah), Hablum minan-Nas (Hubungan dengan Manusia), dan Hablum minal-'Alam (Hubungan dengan alam dan sesama makhluk). Dan dalam menjalaninya, manusia akan memperlihatkan mentalitasnya dalam membangun relasi dengan Tuhan. 

Pertama, mentalitas budak (abid), yakni ia mengandalkan Tuhan sebagai majikannya atau tuannya. Ia hanya beribadah semata-mata karena diperintah Tuhan. Baginya, hiduo hanyalah untuk melayani majikan. Ia selalu berusaha membuat majikannya senang dan bahagia dengan menuruti seluruh perintahnya dan sebisa mungkin tidak melanggar aturannya hingga hidupnya adalah milik majikannya.

Kedua, mentalitas pedagang (tujjar), yakni ia yang selalu berbicara untung rugi. Baginya hidup adalah bekerja berwujud ibadah untuk Tuhannya. Karena itu ia selalu berharap dan menuntut upah berupa pahala dari pekerjaan tersebut. Tuhan wajib memberi upah dari seluruh pekerjaannya di dunia ini, tapi Tuhan juga berhak menghukum dia ketika malas atau melanggar "kontrak kerjanya".

Ketiga, mentalitas orang-orang pilihan (khiyar) yakni yang tidak lagi berpikir untung rugi dalam bentuk surga neraka atau karena ada tekanan dari majikannya (Tuhan). Baginya, beribadah adalah bagian dari eksistensinya di dunia ini. Ia butuh beribadah karena ia memang membutuhkannya. Semakin tekun, khusyuk, dan rajin beribadah, ia semakin menemukan kesejatiannya sebagai manusia. Ia tak peduli surga neraka karena itu urusan Tuhannya. Dan ia menyatu dengan Tuhannya karena ia tak pernah mengambil jarak dengan-Nya.

Tuesday, September 8, 2020

Banyak Yang Mempengaruhi Guru



KATAFAJAR-Guru menjadi sebuah motor penggerak yang langsung bersentuhan dengan berbagai sektor stake holder yang ada di sekelilingnya. Baik siswa untuk pendidikan dan edukasinya, wali siswa untuk hubungan timbal balik dalam peningkatan kompetensi siswa dan keharmonisan lembaga, serta masyarakat untuk dukungan moril dan materiil dalam peningkatan standar pelayanan dan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga. Maka sebagai ujung tombak dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, banyak faktor yang mampu mempengaruhi positif ataupun negatif terhadap kinerja seorang guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya,di antaranya:

Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan pengetahuan yang diperolehnya.

Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa. Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu mengikuti program-program penataran.

Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada kinerja guru, di antaranya: pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi, penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah satu sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.

Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala, asuransi kesehatan dan lain-lain.

Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari kegiatan administrasi.

Selain itu, Kegiatan adminstrasi sekolah yang mencakup pengaturan proses belajar mengajar, kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung, perlengkapan, keuangan serta hubungan masyarakat. Dalam proses administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila kepala sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan terhadap komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.

Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh kemampuan dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar mengajar. Faktor ini merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk mendukung kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha meningkatkan kinerja kerja adalah:
1.    Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi
2.    Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
3.    Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para anggota organisasi sekolah
4.    Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan serta pengembangan secara optimal
5.    menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.

Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kerja adalah:
1.    Imbalan finansial yang memadai
2.    Kondisi fisik yang baik
3.    Keamanan
4.    Hubungan antar pribadi
5.    Pengakuan atas status dan kehormatannya
6.    Kepuasan kerja.

Dan juga untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya maka A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: “Keberhasilan kinerja guru didukung oleh beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4) Tugas dan tanggung jawab serta (5) Optimalisasi kinerja.”

1.    Motivasi Kinerja Guru
Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan kita untuk bekerja lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM. berpendapat bahwa:
       a.    Motivasi dari dasar pembentukannya
       b.    Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis
       c.    Motivasi jasmani dan rohani
       d.    Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: “Motivasi terbagi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik.” Dengan ketekunan keyakinan dan usaha yang sungguh-sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas.

2.    Etos Kinerja Guru
Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik, karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan kinerja. Soebagio Admodiwirio mengemukakan pengertian etos kerja sebagai berikut: “Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan kinerja pegawai.” Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: “Etos kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru untuk berbuat yang tertuju pada suatu tujuan pendidikan.”
Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang tidak memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang memiliki etos kerja yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja merupakan upaya produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.

3.    Lingkungan Kinerja Guru
Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman dan kerasan dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: “Faktor penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan kantor adalah penerangan, warna, musik, udara dan suara.” Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengatakan bahwa: “Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan sosial psikologis dan lingkungan fisik.”
Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan lingkungan kotor, kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan tidak konsentrasi bekerja.

4.    Tugas Dan Tanggung Jawab
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar.

5.    Optimalisasi Kelompok Kerja Guru
Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya, karena dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat melaksanakan kegiatan sekolah dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto Indrafachrudi membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: “Faktor internal dan faktor eksternal”. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerjanya.
Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam meningkatkan kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan baik.

Monday, October 28, 2019

Mahasiswa


Mahasiswa
Oleh : Fajar Kurniawan
Tabanan, 21 April 2018

Mahasiswa...
Dulu, sumpah kau gemakan demi kehormatan
Gerakanmu penantian rakyat yang sengsara
Di pundakmu tertopang beban tangisan negara
Di tanganmu perubahan adalah penantian dan harapan
Kau bagai titisan raja, diagungkan karena pendidikan
Waktu kau nomor duakan, rakyat engkau nomor satukan

Mahasiswa...
Kini, kau seakan tenggelam ditelan zaman
Diam menatap rakyat yang tak makan
Bisu dijejali nilai angka IPK
Tuli tak lagi dengar tangisan
Koneksi menimbun hatimu dan mengurung nuranimu
Tak ada lagi teriakan dukungan, dan rakyat makin terpinggirkan
Sibukmu nikmati globalisasi, namun lupa hak asasi
Kini, perubahan mungkin hanya khayalan dan angan-angan

Mahasiswa...
Esok, kau bagian dari generasi emas bangsa
Kami tak butuh nilaimu tapi butuh aksimu
Nahkoda kapal besar bernama Indonesia ini sangat berharap
Ombak tak lagi jadi halangan
Badai tak lagi jadi rintangan
Karena esok kami harap kau jadi nahkoda hebat dan kuat
Buang egoisme demi patriotisme

Oleh : Fajar Kurniawan
Tabanan, 21 April 2018

Tuesday, May 14, 2019

Mata Penglihatan



Berbicara puasa tentu kita akan teringat istilah arabnya yaitu "shiyam". Pertanyaannya kenapa shiyam dalam bahasa arab berubah di Indonesia menjadi kata Puasa? Ternyata ini adalah strategi kebudayaan dalam menerjemahkan istilah arab ke dalam kultur nusantara. Dan puasa itu sendiri diseraap dari bahasa jawa yak Poso yang berarti mupus roso atau menata hati dan sampai pada bahasa melayu berubah menjadi puasa.
oleh karena puasa adalah menata hati, maka dalam keseharian hendaknya jika kita meluapkan isi hati haruslah proporsional. jika senang, sedih, tawa, tangis, marah maka luapkan dengan proporsional dan jangan berlebih. misalnya jangan sampai marah seharian, nangis seharian, dan lainnya.
Jika sejak kecil kita belajar puasa karena iming-iming hadiah/reward, masihkah saat ini puasa kita karena hal tersebut? Jika masih, maka kualitas puasa kita masih sama seperti kita saat kecil. Jika masih, maka mulailah puasa kita untuk berbeda dan meningkat dari sisi kualitasnya.
Abu Hasan Asy Syadzili guru Thariqah Syadziliyah dalam manaqibnya
"إِذَ أَرَدْتَ أَنْ تَنْظُرَ إِلَى اللهِ بِبَشِيْرَةِ الْإِيْمَنِ وَالْإِتْقَانِ دَائِمًا # فَكُنْ بِنِعَمِ اللهِ شَاكِرًا وَكُنْ بِقَضَائِهِ رَاضِيًا"
"Jika kamu ingin selalu melihat Allah dengan penglihatan keimanan dan keyakinan, maka jadilah hamba yang bersyukur atas nikmat-Nya dann Ridlo dengan segala ketentuannya"
Melihat di atas bukanlah melihat secara zahir, karena memang tak ada terjemahan lain yang tepat dalam bahasa arab untuk kata "an-tandzuro" selain melihat. Dalam melihat kita tentu menggunakan mata sebagai alat penglihatan. Dan dalam Bahasa Arab ada 2 kata yang dapat dimaknai sebagai mata:
Pertama, adalah "ainun" yang berarti mata secara biologis, dimana semakin tua usianya maka kondisinya akan semakin melemah dan memburuk.
Kedua, adalah "basyiroh" yang berarti mata batin, dimana semakin tua dan semakin diasah dengan baik maka kondisinya akan semakin baik dan tidak akan menipu.
Selamat berpuasa, semoga puasa kita lebih baik dari sebelumnya.