Mengawali ramadhan yang baik adalah dengan memperdalam ilmu sebagai bekal agar kita paham dan tahu bagaimana ibadah kita dan berbagai problematikanya agar semua yang kita lakukan diterima Allah SWT dan jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia.
Maka hikmah Syekh Ibnu Athaillah sangat baik untuk kita renungi.
ربما فتح لك باب الطاعة وما فتح لك باب القبول وربما قضى عليك بالذنب فكان سبباً في الوصول
Artinya, “Kerapkali Allah membuka pintu ketaatan untukmu, tetapi tidak membukakan pintu penerimaannya. Namun terkadang Dia menakdirkanmu sebuah dosa, dan itu menjadi wasilahmu sampai ke hadirat-Nya.”
Bagaimana ceritanya Allah buka pintu ketaatan namun tak membuka pintu penerimaan ketaatan. Dan dosa yang dilakukan justru sampai kehadiratnya.
Bagaimana maksud hikmah tersebut? Syekh Syarqawi mencoba memahami hikmah tersebut dengan makna “Itu terjadi karena ketaatan kita kerapkali disertai dengan bencana yang mencederai keikhlasan seperti takjub atas amal, pengandalan amal, perendahan (dalam hati) terhadap orang yang tidak mengamalkan ketaatan itu. Ini mencegah penerimaan amal. Sementara dosa seseorang yang disertai dengan penyandaran diri dan permohonan ampunan kepada Allah, perendahan terhadap diri sendiri, dan penghormatan terhadap mereka yang tidak melakukannya, menjadi sebab datangnya maghfirah dan wasilahnya sampai ke hadirat-Allah,” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, Indonesia, Daru Ihaya’il Kutubil Arabiyah, juz I, halaman 72).
Amal ibadah bukan sekadar lahir, namun mencakup lahir dan batin. Artinya, ketika seseorang melakukan shalat, puasa, zakat, haji, atau umrah, maka batinnya juga harus ikut beribadah dalam bentuk penahanan diri dari sifat tercela yaitu ujub, tinggi hati, dan merendahkan orang lain yang tidak mengamalkan ibadah itu. Orang yang beribadah secara lahiriyah saja belum sampai kepada Allah.
Di sisi lain, orang yang berbuat kesalahan atau maksiat yang membuatnya tak percaya diri di hadapan Allah dan membuatnya berhenti dari penghinaan terhadap orang lain, membuka jalan baru baginya untuk sampai kepada Allah.
Maka intinya adalah beribadah harus dilakukan secara lahiriah dan batiniah dan disempurnakan dengan merendahkan diri di hadapan Allah, memperbaiki diri, menghargai orang lain, dan memandang orang lain dengan pandangan rahmat.
No comments:
Post a Comment